Tuesday, November 29, 2011

Hanoi: Good Bye Vietnam



Waktu saya di Hanoi sangat singkat. Memang 4 hari 3 malam, namun hari efektifnya cuma 2 hari. Minggu sore saya datang dan hanya istirahat di Hotel. Senin sehari penuh saya menjalankan tugas kantor. Selasa One Day Tour. Rabu pagi harus pulang.

Target kunjungan sudah tercapai, bahkan melebihi target. Menikmati alam Vietnam juga sudah. Makanan Vietnam sudah mencicipi. Satu yang tertinggal, yaitu membeli oleh-oleh. Bukan saya lupa, tetapi saya lihat tidak ada yang spesial yang perlu dibeli. Tidak ada yang menarik! Kaos maupun souvenir seperti prakarya anak2 sekolah. Inilah kekurangan Vietnam dalam hal tourism, souvenir tentang Vietnam belum digarap dengan baik! Gantungan kuncipun saya tidak beli!

Goodbye Hanoi. Goodbye Vietnam. Hope I can come back to visit you again.

AP




Hanoi: Wisata ke Tam Coc




Tujuan utama one day tour hari ini adalah Tam Coc. Dari Hoa Lu ke Tam Coc kurang lebih satu jam. Sampai di Tam Coc kita berhenti di restauran untuk makan siang. Tetapi tidak semua peserta yang jumlahnya 13 ini langsung makan. Bagi yang mau bersepeda melihat-lihat pemandangan bisa makan siang nanti saja setelah sepedaan. Karena gerimis, hanya 4 orang yang ikut sepedaan, yaitu Reagan, Lee, and John semuanya dari Texas USA, dan Agung Praptapa, dari Purwokerto, Indonesia. Tadinya saya mau tidak ikut, tetapi karena 3 bule itu bilang "it is once in live" maka saya finally ikut.


Untung saya goweser, sehingga menyusuri jalan pedesaan di Thailand ini gak ada masalah. Sambil ngegowes saya berpikir "apa sih indahnya?". Kanan kiri jalan cuma sawah yang tidak teratur. Namun inilah yang namanya packaging. Wisata ini dikemas sedemikian rupa sehingga ada cycling dan ada pula boatingnya. Jadinya waktu saya ditawari tour ini saya langsung tertarik, karena ada acara gowesnya.

Setelah kira2 15 menit besepeda, dengan dikawal seorang guide yang mengendarai sepeda motor, kita diberhentikan disebuah warung. Di warung tersebut kita tidak makan, tetapi hanya memarkir sepeda. Kita dibawa ke sebuah kuil yang tidak jauh dari warung tersebut. Kita berempat tidak tahu itu kuil apa karena guidenya tidak ngomong Inggris. Tulisannya semua juga dengan bahasa Vietnam. Ya kita foto-foto saja.

Kita kemudian kembali lagi ke restauran tempat makan siang dengan besepeda. Sesuai arahan guide yg dari Hanoi, guide lokal tadi kita beri tip 20.000 Dong, atau kira2 10 ribu rupiah.

Makan siangnya bufe, enak! Makan siang sudah termasuk dalam paket, tetapi minumnya harus beli sendiri. Secara bisnis ini bener. Semua orang yang makan di restauran perlu minum, tetapi orang yang minum belum tentu perlu makan. Jadi mau tidak mau kita semua beli minuman. Air putihpun harus beli.

Setelah makan kita digiring ke Danau Tam Coc, yang darmaganya diseberang restauran. Ini dia acara utamanya, berperahu di danau.

Satu perahu bisa diisi dua tamu. Saya satu perahu dengan Reagan, orang Texas tadi. Dia duduk di depan, saya ditengah, dan belakang sendiri adalah pendayungnya, seorang wanita. Disinilah saya baru mulai mengagumi keindahan Vietnam. Danaunya begitu panjang, bersih, dikelilingi dengan bukit-bukit berbatuan. Sangat ekstotik!

Ditengah perjalanan ada seorang wanita Vietnam yang ikut menumpang. Ternyata dia membantu mendayung.

Kita berlayar bolak baik kira-kira 2 jam. Saya tidak bisa membayangkan betapa capainya si pendayung. Saya mencoba mendayung sebentar saja rasanya sudah pegal semua tangan saya. Oleh karenanya mereka mendayung tidak hanya dengan tangan. Lebih sering mendayung dengan kaki. Ini ketrampilan unik yang belum tentu orang lain bisa melakukan.

Sayang sekali hari itu hujan. Orang menggunakan jas hujan atau payung. Saya sendiri menggunakan payung yang saya beli diperjalanan tadi. Sebetulnya lebih nyaman menggunakan jas hujan.

Ini pengalaman yang sangat mengasyikan. Sangat romantis lebih tepatnya. Beberapa kali kita menembus goa (cave). Ini menambah kesan eksotik. Potensi alam yang ada dimanfaatkan secara maksimal untuk tujuan wisata.

Setelah berperahu 2 jam kita sampai kedermaga lagi. Sesuai arahan tour guide, kita memberi tip 20.000 Dong atau sekitar Rp.10.000. Saya menyesal mengapa hanya memberi tip segitu. Mereka capai sekali. Tapi saya memberi denga jumlah yang sesuai arahan tour guide.

Kita akhirnya kembali ke Hanoi. "Atas nama orang Vietnam, perusahaan, dan saya pribadi saya mengucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan. Semoga kaliyan selalu dianugerahi kesehatan, kemakmuran, dan kebahagiaan" begitu kata akhir dari Nge, atau yang nama Inggrisnya Pira, si tour guide. Saya membayar USD.35 untuk one day tour ini. It is worthed. Puas!

AP

Hanoi: Hoa Lu, Ibu Kota Vietnam Pertama.

Dalam one tour yang saya ikuti ini tempat pertama yang kita kunjungi adalah Hoa Lu, ibu kota Vietnam sebelum pindah ke Hanoi. Tour guide sudah memberitahu bahwa kalau ada orang menjajakan apa saja langsung saja bilang No, karena kalau kita kelihatan tertarik sedikit saja oleh mereka langsung diikuti kemanapun kita pergi. Saya pikir ini tidak jauh dengan di Indonesia.

Bangunan kerajaan ini seperti Taman Sari di Jogja kalau boleh saya bilang. Disampaikan oleh tourguide bahwa Raja yang memimpin disini sebetulnya tadinya orang biasa, bukan keturunan raja. Tapi orangnya cerdas dan baik, sehingga dicintai masyarakat Vietnam. Di Vietnam saat itu banyak raja yang memimpin. Dan sang raja yang satu ini berhasil mengajak raja-raja lain untuk bersatu membentuk Vietnam.

Yang menarik dari bangunan kerajaannya adalah singgasana raja tidak hanya di dalam bagunan kerajaan tetapi juga di luar bangunan (open space). Analisa saya hal itu menunjukkan bahwa sang raja tidak duduk manis didalam kerajaan saja tetapi juga ikut duduk berpanas-panasa atau bedingin-dingin dengan masyarakat yang dipimpimpinnya.

Yang menarik lagi adalah bangunan tersebut tidak ada pintunya, semua jendela tetapi besar seperti pintu (atau bisa saja itu pintu dengan model jendela). Kalau kita mau masuk kita harus melangkahi jendela tersebut sambil sedikit menunduk. Saya tanyakan kepada guide mengapa begitu katanya karena sebagai penghormatan kepada raja. Siapa saja yang masuk mau tidak mau harus menunduk.

Alam disekitar kerajaan tersebut dipenuhi dengan bukit batu. Kalau musin hujan menjadi daerah banjir. Oleh karena keadaan alam seperti itulah sang raja memutuskan berpindah ibu kotanya ke Hanoi.

Hanoi: Jangan Lupa Makan Pho


Makanan Vietnam yang saya makan pertama kali saya berkunjung ke Hanoi adalah Sup Bakmi (noodle soup), yang disebut Pho (dibaca 'fuh'). Pho disajikan untuk makan pagi, makan siang, makan malam, bahkan tengah malam. Pho ada dua macam, yaitu beef dan chicken. Biasanya restauran menyajikan salah satu saja, yg sapi atau ayam. Jarang menjual dua2nya. Tapi yang original sebenarnya adalah Pho Bo (sapi).

Rasanya memang enak, enak sekali.

Saturday, November 26, 2011

Hanoi: Hati-hati dengan Taxi di Hanoi


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Saya hari ini banyak menggunakan taxi menuju ke beberapa tempat tujuan. Sayang sekali dari pengalaman saya naik taxi di Hanoi, tidak satupun sopir taxi yang mengerti bahasa Inggris. Tetapi pelayanan mereka baik-baik. Tarip yang dikenakan pada saya sesuai argo. Jumlah yang saya bayar tidak jauh dari perkiraan petugas hotel.

Sore ini saya berjalan-jalan mengelilingi danau di tengah kota, Danau Ho Hoan Kiem. Setelah berjalan mengelilingi danau, ditengah perjalanan hampir sampai di simpang jalan Old Quarter, ada sesorang sopir taxi yang menawarkan taxi dengan menggunakan bahasa Inggris. Saya tunjukkan kartu hotel saya. Kemanapun saya pergi dengan menggunakan taxi, selalu dibantu dengan tulisan alamat yang saya minta dari petugas hotel. “I know, I know your hotel” kata sopir tersebut dengan menggunakan bahasa Inggris. Saya naik. Argo dipencet.

“Do you speak English?”

“Yes, little bit” katanya.

“Not many taxi driver speaks English” kata saya memuji.

“Where are you from” Tanya dia.

“Indonesia”

“Oh…Indonesia? Now football Indonesia-Malaysia in Sea Game” katanya. Kemudian dia pencet tombol radio, dan memang sedang siaran langsung. Reporter menggunakan bahasa Vietnam,

“Indonesia-Malaysia is 1-1 now”. Dia terus mendengarkan siaran langsung sampai hampir sampai hotel saya. Sampai disekitar hotel dia berhenti. Tinggal jalan dikit memang. Jalan searah. Dari pada muter mending berhenti disini dan jalan sedikit. Argo menunjukkan angka 68.000 Jadi saya bayar 70.000 Dong.

“Not 70, but 125” kata dia. Dia mengatakan bukan tulisan yang besar. Yang besar dalam US Dollar katanya. Dia menunjukkan angka kecil di atasnya. Saya agak kaget. Menurut petugas hotel sekitar 50 Dong. Tapi saya tidak mau beradu argumentasi dengan sopir tersebut. Mana mungkin tarip yang tulisannya besar bukan yang dipakai? Dan USD 68 itu kalau dalam mata uang Vietnam Dong seharusnya satu juta lebih. Ini kok 125.000 Dong? Yah, dia nipu saya. Saya sadar sedang ditipu. Tapi saya biarkan saja. Saya sendirian. Gak mau ribut. Toh kalau dirupiahkan juga paling-paling sekitar Rp.60.000,-- Jadi kerugiannya hanya sekitar Rp. 30.000,--. Gak apa-apa. Learning cost!

Sambil keluar saya amati nama taxinya. Karena cepat sekali saya hanya melihat ada angka 72.72. Saya belum tahu apakah itu nama taxinya, atau sebagian angka dari nomor telepon. Saya jadi ingat, waktu di Foreign Trade University, Ha, staf International Affair, mengatakan lebih baik menelpon taxi yang dapat dipercaya dari pada mencegat taxi dijalan.

Pesan saya, kalau ke Hanoi jangan memakai taxi sembarangan. Taxi yang dapat dipercaya adalah “TAXI GROUP”. Kalau dari airport, taxi yang dapat dipercaya adalah “Noi Bai Taxi”.

AP